Puisi termasuk jenis karya sastra dengan pakem berupa sajak, ritma maupun jumlah baris sekaligus memakai bahasa padat penuh makna. Berdasarkan zamannya maka puisi diklasifikasikan dalam puisi usang dan puisi baru. Puisi usang menjadi puisi rakyat dengan nama pengarang yang tak dikenal. Puisi ini pun penyampaiannya hanya dari verbal ke verbal yang diwariskan turun temurun. Puisi usang pun harus mematuhi aneka macam hukum diantaranya jumlah baris dalam setiap baitnya, jumlah suku kata ataupun persajakan.
Ada beberapa jenis puisi usang yang mesti diketahui yaitu : pantun, gurindam, seloka, karmina, syair, talibun dan mantra. Kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai pantun dan gurindam. Ada beberapa perbedaan gurindam dan pantun menyerupai dijelaskan berikut ini.
Apa itu Pantun ?
Sebagai salah satu jenis puisi melayu kuno dengan ciri-ciri : setiap bait berisikan 4 baris kalimat, setiap baris tersusun atas 4 hingga 5 kata, memakai sajak (rima) dengan pola ab ab, baris ke-1 dan ke-2 dinamakan sampiran, baris ke-3 dan ke-4 dinamakan isi. Pantun sendiri ada aneka macam jenis berdasarkan isi dan maksud di dalamnya contohnya saja Pantun mengenai lingkungan hidup, Pantun nasihat, Pantun teka-teki, Pantun jenaka, Pantun agama dan lain-lain. Beberapa pola Pantun sanggup dilihat menyerupai berikut ini :
Galau hati buatku sesak
Memandang dirimu nan sendiri
Jika bumi ini rusak
Manusia pula yang akan rugi
Semilir angin terasa tertahan
Di tepian kota yang tercemari
Air udara anugerah Tuhan
Namun selalu saja dikotori
Jangan suka makan mentimun
Mentimun itu sarat getahnya
Jangan suka duduk melamun
Melamun itu tiada gunanya
Jika puan, puan cerana
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan tuan bijaksana
Hewan apa tanduknya di kaki
Limau purut di tepian rawa
Buah di lanting belum masak
Sakit perut alasannya tertawa
Melihat kucing duduk berbedak
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam riang-riang
Menangis di liang kubur
Ingat awak tak sembahyang
Apa itu Gurindam?
Istilah Gurindam diambil dari logat Tamil India. Gurindam yakni jenis karya sastra puisi melayu kuno dua seuntai memakai sajak a-a. Kendati tersusun atas dua baris namun bekerjsama sebagai satu kalimat berbentuk kalimat beragam hubungan sebab-akibat atau syarat hasil. Bila baris pertama ialah syarat maka baris kedua sebagai jawabannya. Gurindam hampir serupa dengan peribahasa atau pepatah. Jumlah suku kata untuk setiap baris terdiri mulai 10 hingga 14 suku kata. Contoh-contoh Gurindam diantaranya ialah sebagai berikut :
Tahu pekerjaan tidak baik, namun dilakukan
Alih-alih insan itu ialah penampakan setan
Cari olehmu sahabat
yang sanggup dipakai sebagai obat
Kurang pikir kurang siasat
Pasti dikau nantinya tersesat
Pikir dulu sebelum berkata
Agar terelak silang sengketa
Siapa gemar silang sengketa
Kelak tentu akan berduka
Bila terkena sifat kikir
Sanak kerabat niscaya menyingkir
Barang siapa hendak bercinta
Ikrarkan dulu akan setia
Barang siapa hendak berkasih
Pastikan hati selalu bersih
Barang siapa berkasih sayang
Jangan hingga nyawa melayang
Barang siapa dimabuk cinta
Pastikan sanggup gosip gembira
Tanda insan yang celaka
Aib dirinya tiada disangka
Bakhil jangan diberi singgah
Itulah perompak yang sungguh gagah
Ada beberapa jenis puisi usang yang mesti diketahui yaitu : pantun, gurindam, seloka, karmina, syair, talibun dan mantra. Kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai pantun dan gurindam. Ada beberapa perbedaan gurindam dan pantun menyerupai dijelaskan berikut ini.
Apa itu Pantun ?
Sebagai salah satu jenis puisi melayu kuno dengan ciri-ciri : setiap bait berisikan 4 baris kalimat, setiap baris tersusun atas 4 hingga 5 kata, memakai sajak (rima) dengan pola ab ab, baris ke-1 dan ke-2 dinamakan sampiran, baris ke-3 dan ke-4 dinamakan isi. Pantun sendiri ada aneka macam jenis berdasarkan isi dan maksud di dalamnya contohnya saja Pantun mengenai lingkungan hidup, Pantun nasihat, Pantun teka-teki, Pantun jenaka, Pantun agama dan lain-lain. Beberapa pola Pantun sanggup dilihat menyerupai berikut ini :
Galau hati buatku sesak
Memandang dirimu nan sendiri
Jika bumi ini rusak
Manusia pula yang akan rugi
Semilir angin terasa tertahan
Di tepian kota yang tercemari
Air udara anugerah Tuhan
Namun selalu saja dikotori
Jangan suka makan mentimun
Mentimun itu sarat getahnya
Jangan suka duduk melamun
Melamun itu tiada gunanya
Jika puan, puan cerana
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan tuan bijaksana
Hewan apa tanduknya di kaki
Limau purut di tepian rawa
Buah di lanting belum masak
Sakit perut alasannya tertawa
Melihat kucing duduk berbedak
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam riang-riang
Menangis di liang kubur
Ingat awak tak sembahyang
Apa itu Gurindam?
Istilah Gurindam diambil dari logat Tamil India. Gurindam yakni jenis karya sastra puisi melayu kuno dua seuntai memakai sajak a-a. Kendati tersusun atas dua baris namun bekerjsama sebagai satu kalimat berbentuk kalimat beragam hubungan sebab-akibat atau syarat hasil. Bila baris pertama ialah syarat maka baris kedua sebagai jawabannya. Gurindam hampir serupa dengan peribahasa atau pepatah. Jumlah suku kata untuk setiap baris terdiri mulai 10 hingga 14 suku kata. Contoh-contoh Gurindam diantaranya ialah sebagai berikut :
Tahu pekerjaan tidak baik, namun dilakukan
Alih-alih insan itu ialah penampakan setan
Cari olehmu sahabat
yang sanggup dipakai sebagai obat
Kurang pikir kurang siasat
Pasti dikau nantinya tersesat
Pikir dulu sebelum berkata
Agar terelak silang sengketa
Siapa gemar silang sengketa
Kelak tentu akan berduka
Bila terkena sifat kikir
Sanak kerabat niscaya menyingkir
Barang siapa hendak bercinta
Ikrarkan dulu akan setia
Barang siapa hendak berkasih
Pastikan hati selalu bersih
Barang siapa berkasih sayang
Jangan hingga nyawa melayang
Barang siapa dimabuk cinta
Pastikan sanggup gosip gembira
Tanda insan yang celaka
Aib dirinya tiada disangka
Bakhil jangan diberi singgah
Itulah perompak yang sungguh gagah