Pantun, syair dan gurindam yakni bab dari sastra usang yang masih ada hingga dikala ini. Meski sama-sama sebagai karya sastra usang namun ketiganya mempunyai beberapa perbedaan utama. Berikut perbedaan pantun, syair dan gurindam yang perlu diketahui :
- Pantun
Yakni cabang sastra sebagai bentuk puisi usang yang mempunyai sampiran dan isi. Pantun mempunyai struktur : tersusun dari empat baris untuk satu baitnya, mempunyai sampiran dan isi dimana baris I dan II merupakan sampiran kemudian baris III dan IV merupakan isi, di satu baris tersusun dari empat kata, bersajak dengan teladan a-b-a-b, satu bait cukup, dan mematuhi hukum yang ada.
Contoh :
Ada logam di dalam jamu
Sayur sup di ruang tamu
Cukup sejam tuk mencintaimu
Namun butuh seumur hidup tuk melupakanmu
Ada sembilan buah delima
Disampingnya ada sebotol cuka
Kuharap kita slalu bersama
Walau dalam suka maupun duka
Dahan randu untuk diramu
Di tambah lempuyang dan tinta
Kupersembahkan rindu ini hanya untukmu
Yang kusayang dan ku cinta
Yang baju biru namanya mita
Yang baju merah namanya ujang
Kalau cemburu tandanya cinta
Kalau murka tandanya sayang
Jika saya seorang pemburu
Anak rusa kan kudapati
Jika dinda merasa cemburu
Tanda cinta masih sejati
- Syair
Juga sebagai bentuk puisi usang yang tersusun dari empat baris yang semuanya isi. Syair mempunyai struktur : tersusun dari empat baris untuk satu bait, semua baris yakni isi, sajak berpola a-a-a-a, sanggup lebih dari satu bait, satu baris tersusun dari empat kata, tak terpaku akan aturan.
Contoh :
Unggas nuri asal cahaya
Diamnya da’im di Kursi cahaya
Daripada nurnya faqir dan kaya
Menjadi manusia tuan dan sahaya
Kuntu kanzan asal sarangnya
Alam lahut nama kandangnya
Terlalu luas dengan lapannya
Itulah Kanzan dengan larangannya
Aql alkuli nama bulunya
Qalam al a’la nama kukunya
Allah ta’ala nama gurunya
Oleh itulah tiada judunya
Jalal dan jamal nama kakinya
Nur al-awwal nama jarinya
Lawh al mahfudz nama hatinya
Menjadi jawhar dengan safinya
Itulah Anwar awwal nabinya
Dari nur Anwar dengan sucinya
Sekalian alam pancar nurinya
Menjadi langit serta buminya
Alam ini asal warnanya
Di sana sini daim sertannya
Sidang ghafi (un) dengan karanya
Lupakan nuri dengan warnanya
- Gurindam
Termasuk puisi usang yang tersusun dari dua baris dalam satu bait dimana rima tamat yang sama yakni satu kesatuan utuh. Gurindam mempunyai struktur : tersusun dari dua baris, sajak berpola a-a, baris pertama mengenai soal problem atau perjanjian,bBaris kedua mengenai balasan atau akhir dari baris pertama.
Contoh :
Barang siapa tiada memegang agama
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama
Barang siapa mengenal yang empat
maka ia itulah orang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal diri
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari
Barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terpedaya
Barang siapa mengenal akhirat
tahulah ia dunia melarat
Barang siapa mengenal yang tersebut
tahulah ia makna takut
Barang siapa meninggalkan sembahyang
menyerupai rumah tiada bertiang
Barang siapa meninggalkan puasa
tidaklah menerima dua temasya
Barang siapa meninggalkan zakat
tiadalah hartanya beroleh berkat
Barang siapa meninggalkan haji
tiadalah ia menyempurnakan janji
- Pantun
Yakni cabang sastra sebagai bentuk puisi usang yang mempunyai sampiran dan isi. Pantun mempunyai struktur : tersusun dari empat baris untuk satu baitnya, mempunyai sampiran dan isi dimana baris I dan II merupakan sampiran kemudian baris III dan IV merupakan isi, di satu baris tersusun dari empat kata, bersajak dengan teladan a-b-a-b, satu bait cukup, dan mematuhi hukum yang ada.
Contoh :
Ada logam di dalam jamu
Sayur sup di ruang tamu
Cukup sejam tuk mencintaimu
Namun butuh seumur hidup tuk melupakanmu
Ada sembilan buah delima
Disampingnya ada sebotol cuka
Kuharap kita slalu bersama
Walau dalam suka maupun duka
Dahan randu untuk diramu
Di tambah lempuyang dan tinta
Kupersembahkan rindu ini hanya untukmu
Yang kusayang dan ku cinta
Yang baju biru namanya mita
Yang baju merah namanya ujang
Kalau cemburu tandanya cinta
Kalau murka tandanya sayang
Jika saya seorang pemburu
Anak rusa kan kudapati
Jika dinda merasa cemburu
Tanda cinta masih sejati
- Syair
Juga sebagai bentuk puisi usang yang tersusun dari empat baris yang semuanya isi. Syair mempunyai struktur : tersusun dari empat baris untuk satu bait, semua baris yakni isi, sajak berpola a-a-a-a, sanggup lebih dari satu bait, satu baris tersusun dari empat kata, tak terpaku akan aturan.
Contoh :
Unggas nuri asal cahaya
Diamnya da’im di Kursi cahaya
Daripada nurnya faqir dan kaya
Menjadi manusia tuan dan sahaya
Kuntu kanzan asal sarangnya
Alam lahut nama kandangnya
Terlalu luas dengan lapannya
Itulah Kanzan dengan larangannya
Aql alkuli nama bulunya
Qalam al a’la nama kukunya
Allah ta’ala nama gurunya
Oleh itulah tiada judunya
Jalal dan jamal nama kakinya
Nur al-awwal nama jarinya
Lawh al mahfudz nama hatinya
Menjadi jawhar dengan safinya
Itulah Anwar awwal nabinya
Dari nur Anwar dengan sucinya
Sekalian alam pancar nurinya
Menjadi langit serta buminya
Alam ini asal warnanya
Di sana sini daim sertannya
Sidang ghafi (un) dengan karanya
Lupakan nuri dengan warnanya
- Gurindam
Termasuk puisi usang yang tersusun dari dua baris dalam satu bait dimana rima tamat yang sama yakni satu kesatuan utuh. Gurindam mempunyai struktur : tersusun dari dua baris, sajak berpola a-a, baris pertama mengenai soal problem atau perjanjian,bBaris kedua mengenai balasan atau akhir dari baris pertama.
Contoh :
Barang siapa tiada memegang agama
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama
Barang siapa mengenal yang empat
maka ia itulah orang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal diri
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari
Barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terpedaya
Barang siapa mengenal akhirat
tahulah ia dunia melarat
Barang siapa mengenal yang tersebut
tahulah ia makna takut
Barang siapa meninggalkan sembahyang
menyerupai rumah tiada bertiang
Barang siapa meninggalkan puasa
tidaklah menerima dua temasya
Barang siapa meninggalkan zakat
tiadalah hartanya beroleh berkat
Barang siapa meninggalkan haji
tiadalah ia menyempurnakan janji